Kamis, 22 Juni 2017

Aspek Psikologi Dalam Berpuasa


ASPEK PSIKOLOGI DALAM BERPUASA

Assalamualaikum..!!

            Hai chinggu nggak kerasa ya bulan puasa udah mau usai, gimana puasa nya nggak ada yang bolong kan? Jadi kita ingin memberikan sedikit informasi nih gimana aspek psikologi dalam berpuasa. Seperti yang udah kita tau berpuasa merupakan salah satu rukun islam yang keempat dan berpuasa di bulan Ramadhan merupakan perintah yang wajib bagi setiap muslim seperti yang di jelaskan dalam QS Al Baqarah 183: 

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.

a. Pengertian berpuasa
            Dalam ilmu fiqh, puasa adalah menahan diri dari segala sesuatu yang membatalkan puasa, bermula dari terbitnya fajar siddiq hingga terbenamnya matahari.

b. Aspek Psikologi dalam Puasa
            Terdapat beberapa aspek terapeutik dalam ibadah puasa, aspek tersebut akan di jelaskan dalam uraian berikut: 
(a)      Aspek Relaksasi Usus
            Menurut Andang Gunawan, ketika orang sedang berpuasa terjadi detoksifikasi (proses pengeluaran zat-zat beracun dari dalam tubuh) yang bersifat total dan holistik (menyeluruh). Secara alamiah usus besar merupakan pusat kotoran sehingga wajar kalau organ yang satu ini tidak bisa bersih 100%. Lebih lanjut Andang menjelaskan, puasa detoksifikasi dapat dilakukan selama 2-14 hari, tergantung kondisi dan tingkat keasaman dalam tubuh. Disebutkan pula sebaiknya di lakukan pada akhir pekan atau hari libur tatkala pikiran dan tubuh sedang dalam keadaan santai. Bahkan menurut Soekirno, peneliti dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) puasa dan membantu mengendalikan stress dan menjadi terapi bagi berbagai penyakit tertentu seperti hipertensi, kanker kardiovaskuler, ginjal dan depresi, akan lebih cepat dan efektif bila diikuti dengan aksi puasa.
(b)      Aspek Meditasi
            Selama sepuluh terakhir bulan Ramadhan sangat dianjurkan untuk I’tikaf. Beri’tikaf dalam keadaan puasa memiliki efek seperti meditasi atau yoga bahkan merupakan meditasi atau yoga tingkat tinggi bila dijalankan dengan benar, khusu’ dan sabar. Dalam khusu’ dan sabar dengan memperbanyak zikir dan mengurangi berkata serta bersenda gurau, seorang hanya mengingat Allah SWT(dzikrullah) akan mendatangkan ketenangan jiwa. Hal ini seperti firman-Nya “hanya dengan berzikir kepada Allah hati menjadi tenang” (QS Ar-Ra’du:11)
(c)      Aspek auto-sugesti/self-hipnosis
            seseorang yang berpusa hendaknya memperbanyak berdoa karena doa orang yang berpuasa adalahh makbul. Thoules (1992) Auto Sugesti adalah suatau upaya untuk membimbing diri pribadi melalui proses pengulangan suatu rangkaian ucapan secara rahasia kepada diri sendiri yang menyatakan suatu keyakinan atau perbuatan. Dan salah satu doa yang dianjurkan oleh Rasulullah untuk diperbanyak membacanya antara lain:
-          Ya Allah sesungguhnya Engkau Maha Pengampun dan Mulia, Engkau selalu mengampuni kesalahan, maka ampuni aku
-          Ya Allah akumemohon ridha-Mu dan syurga-Mu dan aku berlindung dari azab-mu dan siksa neraka.    

(d)      Aspek Pengakuan dan Penyaluran/katarsis
         Puasa merupakan sarana hubungan manusia dengan Tuhan. Dalam kondisi berpuasa, dimana nilai ruhiyah seseorang yang berpuasa sedang meningkat, ian dapat memohon apa saja secara langsung tanpa perantara dengan Sang Pencipta. Seingga hal ini memberikan efek ia merasa bahwa dirinya tidak sendiri (lonely), tidak merasa kesepian, selalu ada yang melihatnya  ada yang memelihara dan memerhatikan yaitu Allah SWT. Adanya perasaan ini akan melegakan perasaannya dan akan membantu proses penyembuhan.
(e)      Sarana Pembentukan Kepribadian
            Kepribadian seseorang senantiasa perlu dibentuk sepanjang hayatnya dan pembentukan bukan merupakaan pekerjaan harian yang mudah. Seperti halnya shalat,puasa juga dapat dilakukan harian (khususnya di bulan Ramadhan) atau mingguan (senin-kamis) atau bulanan (puasa Ayyamul Baith). Jadi berpuasa juga dapat menjadi sarana pembentukan kepribadian yaitu manusia yang bercirikan: disiplin, jujur, sabar, mencintai dan kasih sayang kepada sesama manusia, senantiasa menjaga lisan, membentuk pribadi shaleh secara individu maupun sosial.

Dari uraian tadi dapat kita lihat bahwa seluruh kegiatan ibadah agama yang dilakukan sesuai dengan syariat akan mengandung aspek psikologis sendiri seperti, aspek rilexsasi, aspek meditasi yang bermanfaat bagi ketentraman jiwa, merasa nyaman dan terbebas dari stress dan juga dapat bermanfaat untuk menjadikan hidup lebih bermakna (well being).

            Thanks chinggu udah membaca blog kami, selalu berpikir positif dan semangat terus puasanya ya, have a nice day!!





Daftar pustaka
Djuned, Subki. 2004. Psikologi Agama. Pengantar psikologi agama. Banda Aceh: Ar-Raniry Press.
Jalaluddin.2010.Psikologi Agama. Sejarah Perkembangan Psikologi Agama. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Jalaluddin. 2005. Psikologi Agama. Perkembangan Psikologi Agama. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.